Barangkali suatu hal yang lumrah
manakala suatu kebijkan baru selalu mendapat tanggapan yang pro dan kontra.
Begitu pula halnya ketika Kurikulum 2013 digulirkan, ada yang menolak, ada yang
menerima, bahkan ada yang menaggapinya biasa-biasa saja. Penulis pikir itu
syah-syah saja, dengan catatan semua memiliki alasan yang logis dan dapat
dipertanggungjawabkan. Terlepas dari hiruk pikuk baik yang pro maupun kontra,
ada baiknya kita memahaminya dulu lebih mendalam, karena pepatah bilang “tak
kenal maka tak sayang”, dengan memahami lebih jauh dan mendalam niscaya kita
akan lebih sayang terhadap Kurikulum 2013.
Dalam percaturan di bidang pendidikan
istilah kurikulum bukanlah barang baru. Bagi guru, kepala sekolah, pengawas, dan
para pejabat pendidikan yakin hapal betul apa itu kurikulum. Oleh karena itu,
tugas penulis semakin ringan karena tidak perlu menjelaskan secara harfiah apa
itu kurikulum. Tetapi yang jelas kurikulum bukanlah hanya sekedar Program
pembelajaran, RPP, SK, dan KD tetapi memiliki makna yang luas baik yang
tersirat maupun yang tersurat, sehingga definisi kurikulum secara pasti memang
sulit di temukan. Penulis sendiri mengasosiasikan kurikulum seperti jalan yang
akan ditempuh untuk menuju suatu tujuan. Agar mencapai tujuan tersebut dengan
selamat, perlu memperhatikan rambu-rambu yang terpampang di setiap trotoar
jalan. Dalam ilustrasi tersebut guru berfungsi ganda sebagai sopir dan
kondektur, para siswa sebagai penumpang. Tugas sopir membawa penumpang ke
tempat tujuan, dan selama perjalanan kondekturlah yang melayani penumpang.
Kepiawaian sopir dan kondektur diperlukan agar dalam perjalanan menyenangkan
dan tidak membosankan.
Selanjutnya, mengapa kurikulum selalu
mengalami perubahan ?, jawabannya, mari kita simak lanjutan cerita di atas
tentang sopir, kondektur, dan penumpang. Sebuah bis jurusan Subang – Jakarta
selalu memakai jalan umum, lama kelamaan jalan tersebut akan rusak dan bertambah
macet karena pertambahan volume kendaraan. Kondisi tersebut sudah pasti membuat
penumpang tidak nyaman dan putus asa. Sementara ada juga jalan tol yang menuju
Jakarta. Tentu pembaca sependapat bis jurusan Subang – Jakarta tersebut akan
lebih efektif dan efisien kalau melewati jalan tol dibanding jalan umum. Dengan
demikian, perubahana kurikulum diperlukan agar perjalanan lebih efektit,
efisien dan menyenangkan bagi penumpang.
Memasuki jalan tol tentu bukanlah hal
mudah terutama bagi para sopir yang biasa menggunakan jalan umum biasa, banyak
hal yang harus dipersiapkan. Misal kondisi kendaraan, phisik sopir, karena
kurang kesiapan tidak menutup kemungkinan akan membahayakan penumpang yang pada
ujungnya akan mengakibatkan kecelakaan. Disinilah sebenanya mengapa kebijakan
kurikulum 2013 menjadi sangat ramai banyak dipersoalkan.
Kurikulum 2013 secara prinsip masih
satu genetic dengan kurikulum sebelummnya, yakni kurikulum 2004 dan kurikulum
2006. Perbedaannya, dalam Kurikulum 2013 lebih ditonjokan pada aspek afektik
dengan penilaian nontes dan portofolio. Dengan demikian idealnya peserta didik
pada jenjang SD tidak teralalu dibebani dengan hapalan tetapi dipersiapkan
untuk memiliki budi pekerti atau karakter yang baik, sebagai bekal mengikuti
pendidikan pada jenjang berikutnya.
Bisa dikatakan juga Kurikulum 2013
ingin mengubah pola pendidikan yang berorientasi pada hasil ke arah pola
pendidikan sebagai proses. Pendidikan berbasis proses lebih banyak melibatkan
peserta didik untuk bereksplorasi untuk menggali dan membentuk potensinya
melalui penalaran ilmiah. Ketika tujuan ini tercapai niscaya para generasi kita
di masa – masa yang akan tumbuh kembang menjadi insane-insan yang siap
beradabtasi, mengahdapai berbagai kemungkinan dalam memasuki era globalisasi
yang penuh tantangan……semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar