Bermain merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan setiap orang, baik
itu bayi, anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Tetapi sudah barang tentu
jenis dan sifat permainannya berbeda–beda
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, bakat maupun minat
masing-masing. Dengan cara bermain tersebut kita mendapat kegembiraan atau
kesenangan, bahkan lebih jauh melatih keterampilan-keterampilan tertentu baik
yang bersifat fisik maupun jasmaniah, sebab dalam suatu permainan terdapat
tantangan, masalah, atau rintangan, yang kesemuanya perlu dihadapi dengan
menggunakan keterampilan demi suatu kepuasan/kemenangan.
Jika
tantangan, masalah, atau rintangan tersebut sengaja dikondisikan untuk
memperagakan atau menirukan suatu konsep yang bersifat abstrak atau sulit
dijelaskan, dan mengandung unsur persaingan/perlombaan serta hiburan dalam
konteks pembelajaran, itulah yang disebut strategi permainan. (Suyatno, 2005 :
12-13)
Menurut teori permainan penglepasan atau disebut juga teori kelebihan tenaga
menyatakan bahwa, dalam diri anak-anak terdapat kelebihan tenaga. Oleh karena
itu, anak-anak menyalurkan kelebihan tenaga tersebut dalam bentuk bermain-main
(Spencer, dalam Zulkifli, 1992 : 39). Teori ini sejalan dengan tahap
perkembangan Sekolah Dasar (SD), di mana hampir sebagian besar waktu yang
digunakan anak usia SD untuk bermain baik di sekolah maupun dirumah, sehingga
memasukkan unsur permainan dalam proses pembelajaran akan memberikan pengalaman
belajar siswa yang meyenangkan. Selain itu, jika proses pembelajaran hidup dan penuh tawa potensi
rasa keingintahuan siswa akan keluar dan berkembang secara alamiah (Loomans
& Kolberg dalam DePorter, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar